Arahcara membuat ayam panggang dengan Jeruk 1. Atur oven pada 425 derajat. Kordinator Pemasaran PT Mubarokfood Cipta Delicia yang menghasilkan Jenang Kudus Mubarok. Bahkan juga nama kota Kudus ikut terkerek turut tenar dengan hadirnya makanan khas yang dihasilkan oleh beberapa pewirausaha kue serta makanan di daerah itu. Bila di
25 Views Resep Membentuk Wajik Solo Kudus Advertisement Trik Dodol Khas Kudus – Jenang maupun dodol merupakan kandungan eksklusif Indonesia yang sudah melegenda. Dodol yang tersohor adalah di Garut dengan cita rasa yang khas daerah asalnya. Doang, di Jawa Perdua dan Jawa Timur juga terwalak jenang atau jenang yang mempunyai rasa manis dan spesifik, salah satunya adalah Kudus. Kandungan ini sangat naik daun di kawasan asalnya, sebab cerita rakyatnya juga sedemikian itu menghirup untuk disimak di resep wajik khas Kudus. Menurut sejarahnya, jenang Kudrati suka-suka ketika Sunan Kudus yang merupakan keseleo satu anggota Walisongo menguji kesaktian muridnya yang bernama Syech Jangkung. Beliau menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi sungai Gelis di desa Kaliputu. Padahal gamping yakni bahan bangunan yang bisa digunakan buat membuat tembok. Ternyata kendatipun mengkonsumsi gamping, Saridin atau Syech Jangkung patuh segar. Kemudian Sunan Ikhlas berujar yang rendah lebih artinya satu saat kelak sumber kehidupan penghuni desa Kaliputu bermula berasal usaha pembuatan dodol. Dan benar saja akhirnya desa tersebut memang menjadi pelaksana wajik masif sesuai dengan yang ada intern resep jenang khusus Kudus. Kelamai Individual Bersih Cara membuat ki gua garba dari resep kelamai khas Zakiah ini tidaklah selit belit. Anda hanya perlu membaca dan memahami resep wajik khas Kudus yang telat tersedia kemudian menerapkannya dengan mudah. Bahan 1 bungkus debu beras 1 ½ kg gula merah 1 ½ liter santan dari 2 butir kelapa ¼ kg tepung ketan ¼ kg gula kersik halus 100 gram wijen Pendirian Menciptakan menjadikan Siapkan bahan-bulan-bulanan yang dibutuhkan kerjakan membentuk jenang Kudus. Kemudian campurkan tepung ketan dan tepung beras menjadi suatu adonan. Aduk hingga merata dan tuangkan santan serta kembali diaduk-aduk. Setelah sudah rata, masukkan sukrosa pasir yang mutakadim dicairkan, sukrosa merah dan wijen ke dalam adonan. Kemudian masak bancuhan tersebut sampai mengental sambil diaduk secara berkala. Sanggang dan tuang ke kerumahtanggaan loyang. Dinginkan sekejap sebelum dipotong-potong sesuai selera. Potong seukuran jenang atau dodol galibnya biar bertambah mustakim bahwa kelamai tersebut berasal berpunca Zakiah Sajikan di piring saji dan hidangan wajik khas Kudus siap dinikmati Dia dapat membungkus jenang dengan plastik yang biasa digunakan perumpamaan pembungkusnya. Dengan ukuran nan kecil-kerdil, pasti akan membuat anak Beliau menyukainya. Malar-malar kalau Anda menambahkan pencelup alat pencernaan dengan warna cerah. Tapi ingat, jangan membahayakan anak dengan pewarna baju yang legal di jual di pasar. Atau tetap cak bagi namun sesuai dengan nan ada dalam pusat jenang khas Ceria. Baca Juga Resep Membuat Gathot Unik Jogja Selamat memasak dan menikmati hidangan yang telah Anda cak bagi menggunakan siasat jenang singularis Kudus. Sebatas jumpa di kuliner selanjutnya serta salam pemasak! Source
Acarbernuansa budaya tersebut merupakan arak-arakan jenang. Tebok atau tampah berisi Jenang dibentuk berbagai bentuk, misalnya miniatur Menara Kudus dan Masjid Kudus. Artikel terkait: 10 Resep Kue Basah Tradisional yang Enak dan Mudah Dibuat 3. Jenang Kudus Beda dengan Dodol. Sekilas, bentuk dan penampilannya mirip dengan dodol.Jenang Kudus adalah makanan sejenis dodol Garut yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Jenang Kudus oleh-oleh khas dari Kudus. Secara garis besar, perbedaan antara jenang kudus dan dodol garut terletak pada testurnya. Dodol garut cenderung keras, sebaliknya jenang kudus cenderung empuk. Jenang ini biasanya dijual dalam potongan-potongan kecil, dibungkus plastic bening, dan dimasukkan ke dalam kemasan dus. Di Kudus, ada ratusan industri rumahan pembuat Jenang Kudus. Rasa dari Jenang Kudus adalah manis. Proses produksi dengan adonan bahan tradisional mudah dikerjakan walau secara manual. Jenang kudus adalah makanan khas Indonesia. Namun, anda tidak hanya akan menjumpainya di dalam negeri, seperti di Jawa, tetapi juga di Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, dan Arab Saudi. Sebagai makanan khas, jenang atau dodol merepresentasikan citarasa masyarakat Indonesia akan sebuah makanan. Sementara itu, untuk kemasan jenang kudus dan Mubarok dipasarkan di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, dan tetap pula dipercaya sebagai pemasok makanan kecil bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia, khususnya saat musim haji 2001. Sejarah Jenang Kudus Menurut cerita rakyat, jenang kudus lahir ketika Sunan Kudus salah satu anggota Wali Sanga menguji kesaktian salah satu muridnya yang bernama Syech Jangkung alias Saridin dengan menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi Sungai Gelis di wilayah Desa Kaliputu. Padahal, gamping adalah salah satu hasil tambang yang sebagian besar mengandung kalsium karbonat dan biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan sebagai bahan pembuatan tembok. Ternyata Saridin tetap segar bugar sehingga Sunan Kudus berucap, ”Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya lebih kurang, jika suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Memang desa yang terletak di wilayah kecamatan Kota Kudus ini dikenal sebagai cikal bakal dan sekaligus pusat produsen jenang kudus. Sampai sekarang masih banyak warga setempat yang berusaha di bidang ini. resepnya Jenang Kudus Bahan dan Cara Pembuatan Jenang Kudus 1. Bahan-bahan a. 1 bungkus tepung beras b. 250 g tepung ketan c. 1 ½ kg gula merah d. 100 g wijen e. 250 g gula pasir f. ml santan dari 2 butir kelapa 2. Cara membuatnya a. Campur tepung beras dan tepung ketan, aduk dengan santan hingga rata b. Masukkan gula merah, gula pasir yang sudah dicairkan dan wijen. c. Masak adonan hingga kental dan bisa dibentuk cetakan sesuai selera. d. Jenang kemudian dibungkus pada plastic putih kecil masukan dalam dus dan siap dipasarkan. Lampiran Proses pembuatan jenang Kudus 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 3. Dinginkan adonan ke dalam cetakan 2. Masukkan semua adonan dan dimasak ke dalam tungku besar 4. Jenang diiris sesuai selera 5. Adonan diaduk terus sampai matang 6. Jenang dibungkus dengan plastic bening Jenang Kudus
Sepertiyang dituturkan Aris Purwoko, Kordinator Pemasaran PT Mubarokfood Cipta Delicia yang memproduksi Jenang Kudus Mubarok. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1910 ini kini mampu menjadi komoditas yang sangat diminati oleh hampir semua orang di Indonesia, bahkan diekspor ke beberapa negara.
Kalis selain memiliki Langgar Para-para Ikhlas nan masyhur, kembali n kepunyaan nama besar di meres kuliner. Wajik telah identik dengan Kudus, sehingga melawat ke Murni tak komplet bila tak membawa bawaan berupa jenang. Kelamai seorang sebagai buah tangan khas Tahir banyak dijumpai di daerah yang berjuluk Ii kabupaten Kretek itu. Namun, jenang paling kecil terkenal adalah jenang merek Mubarok yang disebut-sebut bagaikan pelopor jenang di Jati. Mubarok-lah nan mengirimkan jenang Tahir dikenal dan malah dapat dibilang telah go national. Jenang Steril merek Mubarok mutakadim menempuh perjalanan yang tidak pendek atau mutakadim menerobos masa tempuh yang cukup panjang. Sejarah pelawatan panjang jenang Kudus, terutama merek Mubarok itu, dapat ditelisik di Museum Jenang yang terdapat di Jalan Sunan Muria 33, Daerah tingkat Ikhlas, Kalis. Museum Dodol didirikan maka dari itu PT Mubarokfood Cipta Delicia—perusahaan nan memproduksi dodol jenama Mubarok—seumpama tempat bikin mengenalkan barang jenang dan sejarahnya kepada khalayak luas. Museum Jenang digagas tepat pada momentun jenang merek Mubarok berusia satu abad, yaitu pada 2010. Biar plonco tujuh masa kemudian, yaitu pada 24 Mei 2022, gagasan itu terealisasi dan Museum Jenang—laksana museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia, diresmikan. Sejarah Jenang Kudus Gedung dua lantai itu dibagi dalam dua penggalan. Bangunan bawah adalah gerai Mubarok Food yang menyisihkan produk wajik Zakiah merek Mubarok dengan beraneka ragam varian rasa, beserta pilihan aneka dagangan oleh-oleh lainnya. Adapun Museum Kelamai menempati lantai dua. Semacam itu naik tangga dan ikut ke urat kayu museum, kita akan disambut oleh interior ruangan yang klasik dan memikat. Lekas di ruangan ini kita disuguhi sebuah informasi yang disematkan pada sebuah papan tiang nan dibuat artistik yang berisi sekilas riwayat pangkal-usul jenang Kudus. Berbunga sini kita menjadi tahu bahwa entitas wajik Steril telah ada sejak beratus masa lampau dan berkait erat dengan sosok Sunan Kudus. Intisari tulisan itu dapat sebutkan, asal-usul dodol Kudrati berawal momen cucu Mbah Denok Soponyono sedang bermain burung merpati di siring sungai, lalu tercebur dan hanyut. Anak tersebut ditolong oleh warga. Saat itu, melintaslah Paduka tuan Nirmala dan muridnya, Syekh Jangkung, dan menghinggapi warga yang semenjana berkerumun. Replika patung orang medium mengaduk jenang/Badiatul Muchlisin Asti Sunan Kudrati berkesimpulan bahwa anak asuh tersebut telah mati. Namun Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak asuh tersebut saja senyap suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta para ibu buat membuat kelamai. Dari situlah kemudian Sultan Kudus berucap, “Suk nek ono rejaning jaman, wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya, satu detik kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Dari legenda itulah, produksi kelamai Kudus di Desa Kaliputu, Kecamatan Ii kabupaten Tulus, kemudian berkembang hingga waktu ini. Bahkan sebagai bentuk rasa terima kasih atas berkah usaha jenang, setiap tanggal 1 Muharram digelar Kirab Tebokan atau disebut juga Minuman keras-arakan Jenang. Di museum itu pun digambarkan tentang proses pembuatan dodol melalui patung insan yang madya mengaduk kelamai. Berbagai perkakas membuat jenang yang habis dipakai bagi membentuk kelamai juga di-display, sehingga bisa mengantarkan imaji pengunjung pada proses pembuatan kelamai dari masa ke hari. Misalnya cak semau mesin codet kelambir; mesin peras kelapa; alat rangka, alu antan dan tebok kancah dodol; lumpang; mesin mixer pengolahan jenang; dan mesin inkjet printing/labeling. Dipajang pun potret pembangun dan pengorganisasi kelamai Kudus tera Mubarok dari generasi ke generasi, yang setakat sekarang sudah memasuki generasi ketiga. Dimulai perintis mula-mula jenang Mubarok, oponen H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910 hingga waktu 1940. Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun 1940 hingga tahun 1992. Lewat generasi ketiga, pasangan H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE sejak tahun 1992 hingga masa ini. Diorama Pasar Bubar waktu 1930-an arena jenang Mubarok dipasarkan pertama kali pecah tangan ke tangan/Badiatul Muchlisin Asti Di Museum Jenang juga dihadirkan diorama Pasar Bubar—tempat dulu generasi pertama jenang Mubarok memasarkan jenangnya dari tangan ke tangan pada sekitar tahun 1930-an. Pasar Bercerai dulu terwalak di sekeliling Musala Menara Jati yang kini telah beralih wahana menjadi area parkir dan taman Palas-palas Ceria. Dengan melihat diorama Pasar Berparak, petandang dapat melihat proses transaksi dan cara penjualan jenang di tahun itu. Tak Sekadar Pertanyaan Jenang Namun Museum Jenang tidak namun soal jenang. Museum juga menggambarkan sejarah Steril puas galibnya. Di mulai dari adanya desain konstruksi yang eksotik berupa tembok sogang berkeliling nan dibuat bermula batu bata merah, yang mengingatkan pada gaya bangunan kerajaan Jawa kuno. Lalu di bagian tengahnya terdapat replika Palas-palas Polos dengan format tinggi sekira 6 meter. Juga terletak miniatur Masjid Palas-palas Ceria dan kompleks makam Sunan Bersih. Replika Menara Murni dengan tinggi sekira 6 meter/Badiatul Muchlisin Asti Ada pun Rumah Adat Safi di Museum Jenang. Flat rasam Safi yang biasa disebut dengan istilah “joglo Kudus” ini merupakan keseleo satu rumah tradisional masyarakat Asli. Rumah kebiasaan ini kembali baku disebut “atap pencu” dengan model bangunan yang didominasi seni ukir khusus Asli dan mencerminkan secara padu akulturasi budaya Jawa Hindu, Persia Islam, Cina Tionghoa, dan Eropa Belanda. Rumah sifat Kudus nan disebut juga joglo Kalis/Badiatul Muchlisin Asti Lebih jauh juga, museum juga menampilan foto Bupati Kudus dari periode ke masa yang dipasang secara berjejer. Pun dipajang beberapa foto Regen Kudus tempo dulu dalam berbagai bagian, seperti foto Bupati Steril momen berpose dengan Regen Demak waktu 1868, foto Regen Masif Raden Mas Toemenggoeng Tjondronegoro bersama saudara-saudaranya tahun 1867, foto Wedana Zakiah Raden Panji Toemenggoeng Hadinoto dan keluarganya di Pendopo Kabupaten tahun 1924, Bupati Polos Raden Panjie Toemenggoeng Hadinotodan kepala Belanda di Pendopo Kabupaten masa 1925, dan banyak lagi. Potret Bupati Kudus dari periode ke masa/Badiatul Muchlisin Asti Museum lagi menampilkan berbagai potret tokoh kretek Ikhlas Niti Semito dan berbagai potret Suci tempo suntuk, seperti Jembatan Kereta Api di Tanggulangin tahun 1900, Interior Pendopo Kabupaten Salih tahun 1923, Stasiun Kereta Api Musim 1936, Kantor Polisi Zakiah tahun 1928, Tanah lapang Tulus Tahun 1936, Petugas Telkom Bersih tahun 1938, dan potret lawas lainnya. Pangsa Gusjigang dan Pesan Kombinasi Selain menampilkan album jenang dari masa ke hari dan sejarah Steril menerobos pekbagai replika, diorama, dan potret, di Museum Jenang juga terletak ira khusus yang dinamakan Ruang Gusjigang alias Gusjigang X-Building. Pengunjung Museum Dodol langsung bisa masuk dan mengeksplorasi berjenis-jenis spot yang ditampilkan di ruang ini. Di antaranya, di ruang ini tamu dapat mengaji kilas profil/ki kenangan pemrakarsa ulama Tulen dan pengusaha waktu lalu Kudrati di antaranya riwayat hidup Kanjeng sultan Kudus, Sunan Muria, Kiai Telingsing, KH. Raden Asnawi, KH. M. Arwani Amin, KH. Turaichan Adjhuri, RMP. Sosrokartono, Nitisemito, H. Djamhari, dan enggak sebagainya. Selain itu ditampilkan pula beragam literasi dan puisi tentang Gusjigang karya penyair nasional ataupun lokal Kudus, antara lain puisi karya KH. Mustofa Bisri Gus Mus, Lukman Wasit Saifuddin Menag RI 2022 – 2022, Emha Ainun Nadjib, Habib Anis Soleh Ba’asyin, Sosiawan Leak, Jumari HS, Mukti Sutarman SP, Nur Said EL-Qudsy, Shofiyan Hadi, Kacang Subiyanto, Hasan Elmore, Lily Hilmy, dan lainnya. Omah Kapal yang dibangun pada tahun 1930-an dan pernah menjadi landmark Daerah tingkat Asli/Badiatul Muchlisin Asti Di Ulas Gusjigang juga terdapat Urat kayu Galeri Al-Quran dan Asmaul Husna, Omah Kembar dan Pesawat Fokker Nitisemito, Omah Kapal, dan Ruang Trilogi Ukhuwah. Di Ulas Trilogi Ukhuwah petandang dapat menghayati pesan-wanti-wanti persaudaraan, utamanya dalam konteks dua ormas Selam terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Keduanya disebut-ucap perumpamaan dua manfaat terbesar Islam Indonesia yang harus bergandengan tangan bikin membangun Indonesia. Apalagi menghafaz kedua ormas tersebut didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari NU dan KH. Ahmad Dahlan Muhammadiyah, yang keduanya pernah menimba ilmu lega guru yang ekuivalen ataupun distingtif suhu, sehingga enggak ada alasan cak bagi bukan bersatu dan bergandengan tangan. Trilogi Ukhuwah sendiri mengandung tiga pesan perikatan meliputi ukhuwah Islamiyah kawin antar sesama orang islam, ukhuwah wathoniyah ikatan kebangsaan, dan ukhuwah basyariyah pergaulan kemanusiaan. Ketiga persaudaraan itulah pondasi penting privat membangun negeri dan menguatkan NKRI. Gusjigang sendiri nan menjadi nama kerjakan ruang ini adalah falsafah masyarakat Kalis andai local wisdom dan local culture serta ajaran moral hidup warisan Ratu Kudrati. Spirit Gusjigang terdapat dalam akronim Gusjigang adalah baGUS akhlaknya spiritual, pinter ngaJI intelektual, dan terampil daGANG entrepreneurship. Melewati filosofi inilah Sunan Sejati menuntun para pengikutnya dan masyarakat Tahir menjadi orang-orang yang punya budi yang bagus, serius mengaji, dan mau berusaha atau berdagang. Dulu menarik enggak? Jadi, bila ke Kudus, jangan lupa mampir ke Museum Jenang. Kenali Indonesiamu kian dekat melangkahi Instagram dan Facebook Fanpage kerjakan berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu. /Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Pencatat lepas di ki alat cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pembina Rumah Pustaka BMA, dan penikmat ki kenangan kuliner tradisional IndonesiaKalauselama ini Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dikenal sebagai tokoh kontroversial dalam politik, maka tampaknya sekarang telah muncul pewarisnya. Dialah Ahmad Mubarok, mantan aktivis PMII yang
Jenang Mubarok salah satu jenang yang terkenal di Kudus Jenang sangat mudah ditemukan di warung-warung sekitar wilayah Kudus Jenang Kudus memiliki aneka pilihan rasa sesuai dengan selera Anda Jika Garut terkenal dengan dodol, maka di Kudus kita mengenal panganan serupa dengan nama jenang. Jenang adalah makanan khas kota berjuluk Kota Kretek. Berbahan dasar tepung beras ketan, gula pasir, gula kelapa, santan, dan lemak nabati, jenang memiliki rasa manis. Makanan dengan tekstur kenyal ini juga memiliki aneka varian rasa, seperti coklat, susu, capuccino, mocca, durian, nangka, pandan, dan cocopandan. Jenang biasanya disajikan dalam potongan-potongan kecil, dibungkus dengan kertas plastik, dan dikemas dalam sebuah dus. Bila berkunjung ke Kudus, tidak sulit menemukan makanan yang satu ini. Jenang dengan mudah dapat kita jumpai di wilayah Kudus seperti misalnya di sekitar area Menara Kudus. Saat ini, selain pasar Indonesia, jenang ternyata juga sudah dipasarkan ke beberapa negara seperti di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, dan Arab Saudi. Artikel Terkait
Sambilmenunggu kesediaan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan ijin menetap di Indonesia( menjadi WNI ) sampai akhir hayatnya sambil menekuni bisnisnya yang sdh lama di rintisnya di jawa tengah Kudus nama tepatnya : "Jenang Mubarok ".. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kudus, tak lengkap rasanya jika pulang tanpa oleh-oleh jenang Kudus. Selain bisa ditemukan di sejumlah toko di sekitar tempat wisata, camilan khas yang terbuat dari tepung beras, santan dan gula Jawa ini, juga bisa ditemukan di Museum Jenang, Mubarok Food, di Jalan Sunan Kudus, Desa Glantengan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.. Sejumlah pekerja tengah mengemas jenang di Mubarok Food. Foto Kaerul Umam Di museum yang mendapatkan Rekor MURI sebagai museum jenang satu-satunya di Indonesia itu, pengunjung bisa belajar sejarah awal berdirinya Jenang Mubarok. Tak hanya itu, berbagai miniatur bangunan ikonik Kudus juga disediakan lengkap. Tim Beta Explore bertemu Manajer Marketing Mubarok Food, M Kirom di Museum Jenang. Tim kemudian bertanya sejarah awal Mubarok Food didirikan. Dia menjelaskan, Jenang Mubarok dirintis oleh Alawiyah pada tahun 1910 hingga tahun 1940. Alawiyah merupakan warga Desa Kaliputu, daerah yang hingga saat ini dikenal sebagai daerah awal munculnya jenang. Alawiyah kemudian menikah Mabruri penduduk asli Desa Glantengan. Setelah Alawiyah meninggal, usaha jenang kemudian dilanjutkan oleh putranya, Achmad Shochib yang menjadi Generasi Kedua. Di tangan Achmad Shochib, perusahaan jenang tersebut membuat produk jenang kemasan dengan merek Sinar Tiga Tiga, sebagai identitas produk. KabupatenBanyumas (bahasa Jawa Banyumasan: Hanacaraka ꦧ ꦚꦸꦩ ꦱ꧀ ) adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.Ibukotanya adalah Purwokerto.Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di utara; Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen di timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Gunung Sepertinya Anda menggunakan alat otomatisasi untuk menelusuri situs web kami. Mohon verifikasi bahwa Anda bukan robot Referensi ID a8ce3a61-0a31-11ee-aeaa-6f4344776f4b Ini mungkin terjadi karena hal berikut Javascript dinonaktifkan atau diblokir oleh ekstensi misalnya pemblokir iklan Browser Anda tidak mendukung cookie Pastikan Javascript dan cookie diaktifkan di browser Anda dan Anda tidak memblokirnya.Jenang Kudus Mubarok Rasa” 22 barang. JENANG KUDUS Mubarok - Rasa Moka Wijen isi 20 pcs - Dodol Kudus Rasa Wijen - Oleh Khas Kudus. Rp32.000. 5 Terjual 2 Kudus. Gusjigang OLSHOP. Jenang Kudus Mubarok Rasa Moka Asli Kenyal Legit 1kotak isi 4biji. Rp9.900. Madiun. Fayel AE
In Artikel On Sabtu, Maret 19, 2016 Hit 9922 Bagaimana Asal-Usul Cerita Jenang Di Kudus? Yuk Kita Simak Ceritanya!! Adakah yang sudah tau asal usul jenang Kudus? Kalau belum silahkan di baca artikel dibawah ini yang mungkin sekiranya bisa mendapatkan gambaran tentang jenang Kudus ini. Kudus merupakan kota yang terkecil di Provinsi Jawa Tengah dengan berbagai potensi yang dimilikimulai dari kekayaan industri, budaya, pertanian sampai pada makanan dan oleh-oleh khas Kudus. Pleh-oleh yang melekat karena citarasa yang khas tak lain adalah Jenang Kudus. Makanan ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula jawa. Ada hal unik mengenai asal muasal Jenang di Kudus ini, beberapa narasumber menceritakan adanya Tradisi Tebokan. Kirab Tebokan merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi dan sejarah pembuatan jenang. hal itu tidak terlepas dari kisah Mbah Dempok dan cucunya. Konon, ketika Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung dara di tepi Sungai Kaliputu, cucunya tercebur dan hanyut. Meski tertolong, cucu Mbah Dempok diganggung Banaspati, makhluk halus berambut api. Sunan Kudus menyimpulkan cucu Mbah Dempok telah tiada, tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta ibu-ibu membuat Jenang Bubur Gamping untuk menyuapi si anak. Disebut Jenang Bubur Gamping karena terbuat dari Tepung Beras, Garam dan Santan Kelapa. Mitos itulah yang melatarbelakangi berkembangya industri jenang Kudus. Mitos itu pulalah yang menginspirasi ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja di industri Jenang Kudus. Namun ada cerita lain yang melatarbelakangi adanya jenang di Kudus. Menurut cerita rakyat, jenang kudus lahir ketika Sunan Kudus salah satu anggota Wali Sanga menguji kesaktian salah satu muridnya yang bernama Syekh Jangkung alias Saridin dengan myuruhnya memakan bubur gamping di tepi sungai Gelis diwilayah Desa Kaliputu. Padahal, gamping adalah salah satu hasil tambang yang sebagian besar mengandung kalisium karbonat dan biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan sebagai bahan pembauatan tembok. Ternyata Saridin tetap segar bugar sehingga Sunan Kudus berucap, "Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang." Artinya leboh kurang, jika suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang.
SETELAHlelah dua hari mengikuti Kongres Komunitas Sastra Indonesia 2008, ratusan sastrawan mengunjungi beberapa tempat di Kota Kudus, Jawa Tengah. Para sastrawan diajak ke Menara Kudus, Makam Sunan Kudus, Museum Keretek, Pusat Pembuatan, Pemasaran Jenang, dan tidak ketinggalan mengunjungi salah satu dari puluhan pabrik rokok
wisataalam (Wisata Colo Kudus, Air Terjun Montel, Air Tiga Rasa Muria Kudus), wisata budaya (Museum Kretek Kudus, Museum Jenang Mubarok Kudus), maupun wisata religi (Makan Sunan Kudus, Makam Sunan Muria). Kabupaten Kudus juga merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang dapat berkembang pesat melalui kemajuan Usaha Mikro Kecil dan
Sang Pioner dari Kaliputu Gusjigang ibarat roh warga Kudus. Karakter ini pula yang menggerakkan laku hidup masyarakat Kudus, tak terkecuali pasangan suami istri H. Mabruri dan Hj. Alawiyah yang hidup pada era awal abad XX. Layaknya warga Kudus pada umumnya, pasangan suami istri ini juga dua sosok yang taat beragama. Ritual ibadah baik yang wajib maupun sunnah dilakukan oleh H. Mabruri dan Hj. Alawiyah. Bahkan sebagai bentuk ketaatan terhadap ajaran agama, mereka berdua pun menjalankan ukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji di tanah suci. Waktu itu awal tahun 1900-an, perjalanan ke Makkatul Mukarromah dan Madinatul Munawwaroh bukan sesuatu yang mudah seperti sekarang ini. Butuh kesiapan mental, kecakapan menjalankan ritual serta dukungan finansial yang besar, untuk bisa melaksanakan ritual "puncak" dari Rukun Islam tersebut. Dan setelah melewati perjuangan berat, akhirnya mereka berdua pun dapat melakukan ibadah haji dan kembali ke Kudus dengan selamat. Sekembali dari tanah suci, pasangan suami istri beraktivitas layaknya warga Kudus pada umumnya. H. Mabruri mencari nafkah dengan cara berdagang. Meski sudah ada pencari nafkah, namun layaknya perempuan Kudus pada saat itu, Hj. Alawiyah tak ingin hanya berdiam diri di rumah saja. Perempuan di desa ini, dikenal mahir sebagai pembuat jenang. Hal ini tidak terlepas dari cerita lisan yang berkembang turun temurun tentang sebuah kisah yang pernah terjadi di tepi sungai Kaliputu pada masa Sunan Kudus. Waktu itu, cucu Mbah Dempok Soponyono tercebur di sungai tersebut. Meski akhirnya tertolong, namun cucu Mbah Dempok tidak sadarkan diri. Kebetulan waktu, Sunan Kudus dan Syeikh Jangkung melintas di tepi sungai tersebut. Agar cucu Mbah Dempok itu siuman, akhirnya Syeikh Jangkung meminta perempuan di sekitar lokasi membuat jenang bubur gamping. Hal inilah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang di Kudus. Cerita ini pulalah yang menginspirasi ibu-ibu warga Desa Kaliputu beraktivitas membuat jenang. Awalnya, Hj. Alawiyah membuat jenang hanya untuk camilan keluarga dan tidak dijualbelikan. Rupanya, jenang buatan Hj. Alawiyah ini cocok di lidah keraba maupun tetangga yang ada di kanan kiri rumahnya. Bermula dari itu, dan dibantu "promosi" dari mulut ke mulut, jenang produksi Hj. Alawiyah kian dikenal khalayak ramai. Sejarah Jenang Kudus Mubarok dimulai saat Hj. Alawiyah dan H. Mabruri mulai menjajakan jenang dari tangan ke tangan di Pasar Bubar yang dulu berada di sekitar Masjid Al Aqsha Menara Kudus kini areal makam Sunan Kudus sekitar tahun 1910. Waktu itu, jenang di jajakan dengan cara ditempatkan dalam wadah loyang dan tanpa diberi merk. Seriring waktu, rupanya peminat jenang buatan Hj. Alawiyah kian banyak. Jenang hasil buatannya pun kerap digunakan untuk berbagai acara mulai pernikahan, sunatan dan lain sebagainya. Kapasitas produksi waktu itu masih sekitar 35 kilogram per hari dengan sistem penjualan ditimbang sesuai pesanan dan nilai pembelian. Capaian "prestasi" pada masa generasi pertama ini tahun 1910 - 1940 masih seputar ide pembuatan hingga perluasan pasar. Hal ini dapat dimaklumi, karena situasi sosial, politik, ekonomi dan aspek-aspek lainnya pada saat itu memang belum memungkinkan munculnya langkah visioner dalam berdagang. Meski begitu, generasi perintis ini setidaknya sudah mengawali sebuah langkah besar yang akhirnya diteruskan generasi berikutnya yakni dengan memasang merk HMR Haji Mabruri pada jenang buatan Hj. Alawiyah. HEYU.