Umumnyaalat makan yang digunakan dalam etika makan di Indonesia adalah: 1. Sendok dan Garpu Sendok dan garpu adalah alat makan yang paling umum digunakan dalam etika makan di Indonesia. Makan dengan menggunakan sendok dan garpu sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Biasa kita akan memegang sendok dengan tangan kanan dan garpu di tangan kiri.

 Lifestyle Kuliner Kamis, 9 Juli 2015 - 0348 WIB - Ketika bepergian ke luar negeri, tak hanya aturan atau hukum tertulis yang harus diketahui. Anda juga wajib mengetahui aturan tak tertulis yang berlaku di negara tersebut, termasuk etika dalam hal menyantap makanan. Itu karena apa yang Anda anggap sopan di negara Anda belum tentu sama di negara lain. Oleh karena itu, simak beberapa etika makan di berbagai negara seperti yang dilansir dari Daily Meal berikut Datang terlambatJika Anda diundang makan di rumah teman atau kerabat, Anda pasti berusaha datang tepat waktu. Namun, jangan terapkan hal ini di Meksiko, Yunani dan Kanada. Masyarakat negara-negara ini terbiasa datang terlambat. Bahkan tuan rumah yang mengundang pun biasanya telah berharap tamu undangan datang terlambat. Di Meksiko, lebih baik Anda tiba setidaknya 30 menit setelah waktu undangan. Jika tidak, bersiaplah untuk perbincangan basa-basi yang tidak Jangan bicara saat makanDi Finlandia, Jepang, dan sejumlah negara di Afrika, bercerita dan mengobrol saat makan adalah perilaku tidak Memberikan tipBudaya memberi uang tip ada di berbagai negara, seperti ketika berkunjung ke sebuah pub di Inggris. Namun, jangan terlalu pelit karena Anda bisa dipelototi bartender. Namun, ada pula negara yang tidak memiliki budaya semacam ini. Di Jepang, memberi tip saat makan di restoran dianggap hal yang tidak sopan dan tidak menghargai juru Mengisi gelasSaat mengonsumsi minuman di kafe, bar, atau restoran di Mesir atau Korea, Anda tidak boleh mengisi gelas sendiri. Teman minum Anda yang harus melakukannya. Begitu pula sebaliknya. Di Prancis, Anda harus menawari orang lain terlebih dahulu sebelum menuangkan minum ke dalam beberapa negara Amerika latin, Anda juga tidak boleh memegang botol wine menggunakan tangan kiri menuangkan minum. Sementara di Korea, wanita tidak boleh menuangkan minuman untuk wanita lain. Intinya, berpikir lebih dulu sebelum menuangkan minuman di mana pun Anda Penggunaan sumpitDi beberapa negara Asia, masyarakat lokalnya memang menggunakan sumpit untuk makan. Namun, banyak pula negara Asia yang tidak memiliki budaya makan dengan sumpit seperti di Filipina. Di Thailand, sumpit pun hanya digunakan untuk menyantap mi. Aturan umum saat menggunakan alat makan ini juga perlu diperhatikan seperti tidak boleh menusukkan sumpit di dalam mangkuk nasi. Di Jepang, menyantap nigiri atau nasi kepal tidak dengan sumpit tapi dengan Penggunaan alat makanTahu kah bahwa menyantap makanan apa pun di Chile harus menggunakan garpu dan pisau? Ya, bahkan ketika Anda makan kentang goreng. Sebaliknya, di Alabama Anda justru akan ditertawakan orang saat makan ayam goreng menggunakan alat Menunggu orang lain sebelum makanIni adalah etika umum yang ada di banyak negara. Anda harus menunggu makanan semua orang di meja datang sebelum mulai melahap makanan. Di Korea, Anda harus menunggu orang yang lebih tua makan lebih dahulu baru Anda boleh menyantap makanan. Meski begitu, di Vietnam Anda harus langsung makan setelah pesanan diantar ke meja Anda. Jika tidak makanan akan menjadi dingin dan hal itu dianggap tidak sopan. Ketahui Kebenaran di Balik Mitos Seputar Makanan Pedas Salah satunya, makanan pedas buat orang ketagihan. 11 Januari 2016

Etikamakan (table manner) ala indonesia. Manner (bahasa inggris) yang mana bila diartikan ke dalam bahasa indonesia yaitu tata krama. Dalam table manner makanan memang penting tapi itu bukan yang terpenting, unsur sosialisasi dan komunikasi lah yang lebih diutamakan. Tatakrama makan buruk, selalu terlambat.
- Gastronomi merupakan keseluruhan proses pengolahan hingga penyajian suatu hidangan. Tidak sekadar tentang makanan, gastronomi juga dapat menunjukkan identitas sebuah Co-Founder sekaligus CEO PT. Sumber Inti Pangan, Gunawan Wibisono, selain menjadi sarana diplomasi, gastronomi juga bisa menjadi sarana edukasi melalui keanekaragaman kuliner Indonesia. Hal ini ia sampaikan dalam Webinar Gastronomi & Launching Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia, Selasa 30/3/2021. Kekayaan bahan baku masakan di Indonesia, disebutkan Gunawan dapat membantu perkembangan gastronomi Indonesia menjadi lebih baik. Baca juga Apa Itu Gastronomi dan Fungsinya untuk Kuliner Indonesia? Berdasarkan data dari Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia PK2GI, hingga saat ini setidaknya terdapat 200 jenis sayuran, 400 jenis buah, dan 1600 jenis rempah yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain kekayaan akan bahan baku, berikut enam aspek lain yang memengaruhi identitas gastronomi di Indonesia menurut Gunawan Wibisono. Baca juga Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia Hadir di UGM 1. Geografi Indonesia menjadi salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa, Indonesia memiliki keuntungan karena dapat memiliki ragam rempah. Rempah sangat memengaruhi cita rasa kuliner Indonesia. Indonesia berhasil dikenal sebagai negara yang tidak hanya memiliki banyak rempah, tetapi juga menghasilkan ragam rempah terbaik. 2. Sejarah Tiap daerah di Indonesia memiliki kuliner khasnya sendiri. Resep kuliner daerah diberikan turun-temurun sejak dahulu. Oleh karena itu selain resep, sejarah dan kisah di balik makanan jadi hal yang Keragaman etnis Ragam etnis memunculkan menu makanan baru dari tiap kelompok daerah. Hal tersebut kemudian membuat Indonesia memiliki berbagai jenis hidangan tradisional kuliner yang merupakan warisan tradisional nenek moyang. Baca juga 9 Peran Rempah, Pemicu Ekspedisi dan Medium Ritual Keagamaan / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Ragam kreasi kuliner Nusantara yang ada di Resto Bumi Sampireun, Ciawi, Bogor, Kamis 16/8/2018. 4. Etika kuliner Salah satu ciri khas gastronomi Indonesia adalah dari sisi etika menyantap makanan. Selain cara makan biasa menggunakan sendok dan garpu, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menggunakan tangan langsung untuk menyatap hidangan. Hal yang lumrah ketika di beberapa tempat makan di Indonesia menyediakan kobokan untuk mencuci tangan langsung di meja makan. Etika ini pun menjadi salah satu daya tarik kuliner Indonesia. Baca juga Sejarah Ayam Betutu Khas Bali, Dipengaruhi Budaya Majapahit 5. Rasa Indonesia memiliki berbagai macam makanan daerah dengan cita rasanya masing-masing. Melalui cita rasa tersebut, orang dapat membedakan makanan Indonesia dari satu daerah dan daerah lainnya. Seperti masakan Jawa yang terkenal dengan rasa manisnya, hidangan Sumatera yang sebagian besar memiliki cita rasa pedas, juga hidangan Indonesia bagian Timur yang cenderung asin. Baca juga 11 Etika Makan di Jepang, Tidak Boleh Taruh Lauk di Atas Nasi 6. Resep Keberhasilan resep tradisional tidak lepas dari campur tangan orang asli daerah tersebut. Resep bisa dipengaruhi oleh jenis menu, pola makan, hingga cita rasa dari sajian yang dihidangkan. Seperti kuliner asal Jawa yang memiliki banyak menu berbahan dasar kedelai, Ambon dengan bahan baku sagu dan jagung. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Dalamjamuan makan ala Cina yang semua hidangannya disajikan di tengah meja, biasanya setiap tamu akan disajikan semangkuk nasi putih yang diletakkan di sebelah kiri atas piring makan. Mangkuk nasi bentuknya mirip mangkuk sup, tapi ukurannya lebih kecil. Sama dengan di Indonesia, di Cina, nasi ternyata sama pentingnya. - Table manner merupakan istilah yang berkaitan dengan tata cara makan setiap orang dalam acara formal. Menurut Executive Chef di APREZ Catering & AMUZ Gourmet Restaurant, table manner atau etika makan sangat penting untuk menjaga suasana saat makan."Menerapkan table manner ya supaya suasana makannya menjadi lebih baik sih sebenarnya, keteraturan kan menciptakan sebuah suasana makan itu menjadi lebih baik," ujar Stefu saat dihubungi Jumat 26/11/2021. Pentingnya table manner untuk menjaga suasana makan bisa dilihat dari penggunaan alat makan. Salah satu alat makan yang disiapkan saat table manner adalah pisau. Pisau berfungsi untuk memotong sajian, seperti daging. Tanpa pisau, Stefu mengatakan, orang akan bingung menyantap makanan ini."Tidak dikasih steak knife, kan bingung kan orang mau makan nanti. Otomatis akan menggangu," jelasnya. Bukan hanya dari sisi tamu, menurut Stefu, table manner juga penting bagi restoran atau tempat makan yang menerapkan etika ini Penerapan table manner dapat menentukan citra dan rating restoran itu sendiri. Baca juga Kapan dan di Mana Etika Makan atau Table Manner Harus Diterapkan? Apa Itu Fine Dining dan Bedanya dengan Restoran Kasual? Table Manner di Indonesia Makin Fleksibel, Tak Lagi Atur Menu Lengkap FREEPIK/ ilustrasi table setting dalam table manner. "Menjaga image sebuah restoran karena semuanya berasal dari pengalaman tamu saat di restoran, saat mengalami pengalaman makan di restoran tersebut," tutur Stefu.
Ya dari etika dan perilaku Anda di meja makan bisa menilai karakter seseorang. Jika sering melakukan makan malam bersama rekan kerja atau atasan di kantor, Anda pasti tidak ingin dicap macam-macam. Food & Hotel Indonesia 2022 resmi dibuka, lebih dari 500 Perusahaan dari 26 negara memamerkan produk makanan dan perhotelan di Jakarta.
Jangan sampai terlambat mengenalkan dan mengajarkan etika makan kepada balita. Anda tentu ingin kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang santun dan diterima oleh lingkungan sosial. Inilah “Top Ten” etika makan Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan. Meskipun menggunakan peralatan makan, tangan harus tetap dalam posisi duduk –tidak sambil jalan-jalan atau berlarian. Hindari pula mebiarkan anak bermain saat makan, bermain dengan makanannya atau menyambi makan dengan aktivitas lain seperti menonton televisi. Anak tidak dapat konsentrasi terhadap makanannya, alhasil ia cenderung tidak menghabiskan makanan. Duduk dengan posisi tegak lurus, bukan membungkuk atau kaki selonjoran. Saat duduk di kursi makannya, pastikan kursi si kecil tidak terlalu rendah dari meja makan, sehingga tidak mengganggu aktivitas makan. Bila perlu gunakan high chair. Posisi lengan boleh ditumpu di atas meja, namun jangan biarkan siku ikut duduk’ di meja sebelum dan sesudah makan. Anak perlu memahami bahwa makanan yang ada di depannya adalah rejeki dari Tuhan. Maka ia sepatutnya menghabiskan makanan yang ia ambil. Tepat dan benar menggunakan peralatan makan. Sendok dan garpu digunakan sebagaimana fungsinya. Begitu juga bila memakai sumpit dan pisau –sediakan yang khusus untuk anak-anak dan ajarkan penggunaannya dengan benar. Gunakan serbet bila ingin membersihkan mulut. Serbet hanya diperlakukan untuk mengelap mulut, bukan hidung atau tangan. Mulailah makan bila semua masakan sudah terhidang di meja makan. Kenalkan juga aturan bahwa orang yang lebih tua dipersilahkan terlebih dahulu untuk mengambil makanan. Makan dengan mulut tertutup dan tidak mengisi penuh mulutnya. Ia bisa tersedak atau malah tidak berselera makan. Makan dengan perlahan, tidak perlu terburu-buru. Makan terburu-buru bisa membuat anak tersedak, selain terlihat tidak sopan karena seperti anak yang sangat kelaparan. Perbolehkan ia menyuap usai makanan yang ada di dalam mulutnya habis. Ucapkan kata “terima kasih” setiap si kecil diberi atau diambilkan makanan oleh orang lain, kata “tolong” saat ia meminta diambilkan sesuatu, kata “maaf” bila ia tidak sengaja menjatuhkan atau menumpahkan makanan. Alangkah lebih baik jika si kecil mengucapkan “terima kasih” kepada orang yang sudah memasak makanan untuknya. Hindari berkomentar negatif tentang makanan yang sudah dihidangkan, seperti, “Makanannya tidak enak. Aku tidak suka!” Lebih baik bila anak diajarkan untuk bilang, “Apakah ada makanan yang lain, bunda? Aku tidak terlalu suka. “ Ambil makanan sesuai dengan porsinya. Katakan padanya bahwa ia boleh tambah makanan jika ia merasa kurang. Ajarkan juga bertanggung jawab terhadap makanan yang sudah diambilnya. Jika ingin mengambil makanan, hindari bila tangan harus melewati piring orang lain, apalagi sampai tubuh si kecil ada di atas piring orang tersebut. Ajarkan ia untuk meminta tolong diambilkan oleh orang lain saja. Tutup mulut dan katakan “maaf” bila bersendawa. Hindari melarang si kecil untuk bersendawa karena ia bisa muntah. Makan dengan rapi. Hati-hati dan lakukan secara perlahan ketika mengambil atau mengaduk makanan. Jangan sampai makanan tercecer di atas meja. Makan dengan tangan. Anggapan bahwa makan dengan tangan adalah kurang sopan tidak sepenuhnya benar. Ada manfaat yang bisa diperoleh anak, yaitu melatih kemampuan motorik halusnya dan belajar mengenal tekstur makanan. Lagipula, tidak semua makanan harus di makan dengan sendok, garpu atau sumpit –misalnya makan roti, hamburger, kentang goreng atau ayam goreng. Dan lagi, dalam budaya Indonesia, makan dengan tangan bukanlah hal tabu –bahkan merupakan hal baik dan kebiasaan yang dipujikan. Dari segi etika makan, selama posisi tubuh saat makan benar, perilaku makan sopan dan makan tidak berantakan, sah-sah saja. meBacaBalita Sopan di Meja Makan
Etikamakan adalah atau etiket makan adalah tata cara dan sopan santun ketika makan di meja makan bersama orang lain. Terutama ketika makan dalam jamuan makan bersama orang yang lebih tua. Setiap etika makan tentunya dianggap sebagai hal baik. Namun, etika makan bisa jadi berbeda-beda arti di setiap negara.
- Ketika diundang untuk makan di rumah teman atau berkunjung ke sebuah acara makan formal, sopan santun tentu diperlukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah ataupun orang lain di meja makan. Etika makan dirancang untuk menunjukkan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ada perbedaan di berbagai negara dalam menunjukkan sopan santun dalam mematuhi etika makan. Hal ini tentunya berhubungan dengan kebiasaan dan adat serta budaya di negara tersebut. Di Indonesia, mengunyah makanan tanpa mengeluarkan suara atau mengecap adalah salah satu bentuk sopan santun di meja makan. Sementara itu, bersuara ketika menghirup makanan adalah suatu bentuk apresiasi bagi tuan rumah atau koki di Jepang. Perbedaan etika di berbagai negara, apalagi etika makan selalu menjadi hal yang menarik untuk diketahui. Berikut ini ada beberapa etika makan di berbagai negara di dunia yang berhasil dihimpun oleh Tirto. Makan dengan tangan dan duduk lesehan di IndiaMakan dengan tangan kanan tidak hanya diterapkan di Indonesia, tetapi juga negara bollywood, India. Selain itu makan dengan tangan secara langsung tanpa menggunakan sendok, garpu, atau perlatan lain juga merupakan hal yang baik. Oleh karena itu, sebelum mulai makan, mencuci tangan harus dilakukan dalam budaya India. Menurut The Culinary Travel Guide, kebanyakan orang-orang India makan bersama di atas karpet atau lebih dari dua orang dalam acara makan, tempat duduk diatur dengan melingkar di mana di tengah karpet adalah makanan. Jangan pernah menyisakan makanan, karena di negara ini hal terebut merupakan bentuk ketidakhormatan kepada tuan rumah atau koki. Menunggu aba-aba tuan rumah di PerancisMenurut Bon Appetour, di Perancis acara makan baru bisa dilakukan ketika tuan rumah berkata “Bon Appetit!” Namun, ketika acara makan dilakukan di restoran, maka orang yang lebih tua atau atasan yang harus mengatakan “Bon Appetit.” Selain itu, jangan pernah meminta tambahan atau menyisakan makanan. Makan semua yang dihidangkan di atas piring adalah suatu bentuk sopan santun. Di Perancis menuangkan wine adalah hal yang biasa dalam sebuah acara makan. Tuan rumah ataupun pelayan di restoran akan terus menuangkan wine di gelas tamunya. Jika tidak ingin wine lagi, tamu bisa membiarkan gelas winenya terus penuh. Sisakan sedikit makanan di CinaJika di beberapa negara menghabiskan seluruh makanan di atas piring adalah bentuk apresiasi terhadap tuan rumah atau koki, di Cina hal tersebut adalah tidak sopan. Dilansir dari Matador Network, jika tamu tidak menyisakan makanan di atas piring berarti tuan rumah memberikan tidak cukup porsi kepada tamunya. Menghabiskan seluruh makanan di atas piring akan membuat tuan rumah merasa tidak memberi tamunya cukup makanan, maka dari itu tamu setidaknya menyisakan sedikit sisa makanan di atas piring. Tidak meminta tambahan bumbu di PortugalAdalah hal yang biasa melihat garam, lada, atau saus di atas meja makan di restoran ataupun rumah makan di Indonesia. Namun, di Portugal, jangan harap menemukan hal serupa. Ketika berkunjung ke restoran-restoran di Portugal, jangan pernah meminta pelayan membawakan garam atau bumbu pelengkap lainnya. Dilansir dari Lonely Planet, hal semacam ini merupakan bentuk ketidakhormatan terhadap koki yang memasak. Makanan harus dimakan sebagaimana adanya, menambahkan bumbu di luar proses memasak dianggap sebagai suatu yang tidak sopan. Tidak menjepit makanan dalam dua pasang sumpit di JepangMenghirup kuah langsung dari mangkuk merupakan hal yang baik dilakukan di Jepang. Hal ini dilakukan supaya kuah tidak tumpah dan mengenai pakaian. Bersuara dan menyeruput makanan juga merupakan hal yang sopan. Hal yang tidak boleh dilakukan ada menjepit makanan dengan menggunakan dua pasang sumpit. Dikutip dari Gurunavi, hal ini tidak boleh dilakukan karena kegiatan tersebut merupakan ritual dalam upacara Jepang banyak yang melakukan kremasi pada keluarga yang sudah meninggal. Menjepit tulang belulang jasad yang sudah dikremasi dengan dua pasang sumpit adalah salah satu ritual yang harus dilakukan oleh keluarga jenazah. Maka dari itu, menjepit makanan dengan dua pasang sumpit ketika ingin mengambil makanan di piring saji atau mengoper makanan ke piring teman merupakan hal yang buruk di Jepang. - Sosial Budaya Kontributor Yonada NancyPenulis Yonada NancyEditor Yandri Daniel Damaledo
EtikaMakan Di Indonesia . indra48 couple years ago.. from gugel and edit . Fun Report. 2225 funs, comments . FACEBOOK Comments. See also these : Sepeda Yang Berjalan Di Rel Kereta (1,227 funs) Kekuatan Dari Dalam (1,322 funs) Gedung Gedung Tinggi Di Amerika Serikat \"Confused Screaming\" (254 funs)
Posted on April 21 2021 Photo via Shutterstock Table Manners adalah aturan/etika makan yang digunakan saat orang makan di meja makan. Etika makan mencakup juga tata cara penggunaan alat makan dan peralatan yang sesuai. Budaya yang berbeda akan mendatangkan aturan atau etika yang berbeda dalam hal tata cara makannya juga. Photo via Shutterstock Berikut contoh etika makan yang ada di Indonesia. Ketika Anda menghadiri makan malam keluarga, kursi disediakan untuk orang yang paling dihormati atau orang tua. Jika orang tua belum duduk, maka orang lain yang menghadiri makan malam tidak diizinkan untuk duduk. Makan malam baru dapat dimulai setelah para orang tua terlebih dahulu makan. Anda juga tidak diperbolehkan bersuara saat mengunyah makanan. Peralatan makan yang digunakan di Indonesia Etika makan di Indonesia pada dasarnya adalah kombinasi etika makan umum dan etika makan tradisional yang diterapkan di Indonesia. Acara yang berbeda menggunakan etika makan yang berbeda. Misalnya, saat Anda menghadiri acara adat seperti upacara pernikahan adat, Anda akan menggunakan tata cara makan tradisional. Tetapi ketika Anda diundang ke makan malam formal oleh kenalan dan teman Anda, maka Anda harus menggunakan etika makan yang umum. Berbeda dengan negara barat yang biasanya makan dengan menggunakan garpu dan pisau, di Indonesia kebanyakan orang makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Beberapa orang lainnya bahkan makan dengan menggunakan tangan, terutama saat makan dalam upacara adat. Umumnya alat makan yang digunakan dalam etika makan di Indonesia adalah 1. Sendok dan Garpu Sendok dan garpu adalah alat makan yang paling umum digunakan dalam etika makan di Indonesia. Makan dengan menggunakan sendok dan garpu sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Biasa kita akan memegang sendok dengan tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Sendok untuk mengambil makanan dari piring Anda dan garpu digunakan untuk memiringkan makanan atau untuk membantu Anda membawa makanan ke sendok. 2. Garpu dan Pisau Jika Anda makan di restoran atau diajak makan malam formal di Indonesia, Anda dapat makan dengan menggunakan garpu dan pisau. Pada dasarnya etika makan yang diterapkan saat Anda makan dengan menggunakan garpu dan pisau tidak terlalu berbeda dengan etika makan pada umumnya yang diterapkan secara internasional. Letakkan garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan. 3. Sumpit Dalam beberapa kesempatan, Anda mungkin diundang untuk makan makanan dengan menggunakan sumpit. Peganglah sumpit dengan tangan kanan Anda. Keduanya harus berada di tangan kanan dan gunakanlah untuk mengambil makanan dari piring atau mangkuk dan makananlah dengan menggunakan sumpit. 4. Makan menggunakan Tangan Anda juga bisa makan dengan menggunakan tangan di Indonesia. Teknik ini dianggap sebagai hal yang umum dan banyak restoran yang mengizinkan Anda menyantap makanan menggunakan tangan Anda. Meskipun begitu makanlah dengan menggunakan tangan kanan Anda. Kesimpulan Sekian etika makan yang diadaptasi di Indonesia. Beberapa diantaranya diadaptasi dari budaya tradisional seperti makan menggunakan tangan dan sebagian di adaptasi dari budaya barat seperti menggunakan peralatan seperti sendok, garpu dan pisau untuk acara makan formal di restoran. Manakah table manners/etika makan yang sering Anda/keluarga lakukan? Silahkan tulis di kolom komentar. Simak juga bacaan mengenai Dining Tables What to Know before you Buy

5Etika Makan di Indonesia yang Perlu Kamu Tahu! Setiap negara memiliki aturan table manner masing-masing. Bagaimana dengan Indonesia? Yuk, simak 5 etika makan di Indonesia ini.

Dalam makan kita mengenal adanya Etika makan atau Table Manners. Etika ini mungkin lebih sering dikenal orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam hal ini, bisa pengusaha-pengusaha, pejabat, orang penting, juru masak, dan lain-lain. Table manners secara sederhana adalah aturan yang harus dilakukan saat bersantap bersama di meja makan. Etika makan ini tidak ada salahnya jika kita mengetahuinya, jika tidak dapat bermanfaat bagi kita, tentu bisa dapat bermanfaat bagi orang lain. Etika makan diperkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan aturan standar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar. Meskipun sebenarnya Etika tersebut telah ada jauh sebelum peradaban Eropa menyebar ke seluruh dunia. Setiap negara memiliki aturan meja makan yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa aturan dasar yang terdapat di setiap etika makan, yaitu Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah makanan. Berbicara dengan volume suara yang rendah. Tutupi mulut saat batuk atau bersin. Jangan menyandarkan punggung di sandaran kursi. Jangan menimbulkan suara saat mengunyah makanan. Jangan memainkan makanan dengan peralatan makan. Jangan mengejek atau memberitahu seseorang bahwa dia memiliki etika makan yang buruk. Jangan bersedekap di meja makan. Selalu meminta ijin ke empunya acara saat akan meninggalkan meja makan. Jangan menatap mata orang lain saat dia sedang makan. Jangan berbicara di telepon di meja makan. Meminta ijinlah saat anda benar benar harus menjawab telepon, dan meminta maaflah saat kembali. Jangan menimbulkan suara saat memakan sup. Letakkan garpu di sebelah kiri dan garpu disebelah kanan bersama-sama di arah jam 5 di atas piring dengan bagian pisau yang tajam menghadap ke dalam. Ini menandakan bahwa anda telah selesai makan. Lap yang disediakan di atas meja tidak boleh digunakan. Jangan menghilangkan ingus dengan lap tangan. Lap yang disiapkan untuk anda hanya untuk membersihkan mulut bila kotor. Jangan mengambil makanan dari piring orang lain dan jangan memintanya juga. Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum minum. Jangan menggunakan tangan saat mengambil makanan yang tersisa di dalam mulut, gunakan tusuk gigi. Usahakan untuk mencicipi semua makanan yang disediakan. Tawarkan ke orang di sebelah anda saat anda akan menuangkan minuman ke gelas anda. Sisakan makanan sedikit bila anda tidak ingin atau tidak sanggup menghabiskan makanan. Tunggu ada aba-aba untuk mulai memakan makanan yang dihidangkan. Menambahkan bumbu setelah mencicipi makanan dianggap kasar dan menghina koki. Kecuali di restoran, jangan minta untuk menyingkirkan sisa makanan anda kecuali acara makan sudah selesai dan jangan pernah melakukan bila diundang ke acara formal. Jangan lupakan satu hal yang umum. Jangan lupa untuk selalu mengatakan tolong’ dan terima kasih’ setiap kali anda meminta bantuan. Beberapa etika umum yang harus dilakukan adalah Bila pelayan tidak memberikan anda duduk, duduk dan tariklah bangku dengan dua tangan. Bukalah serbet atau napkin dengan wajar taruh di pangkuan anda. Jika sudah siap memesan menu, lihat daftar menu dengan wajar, jangan terlalu lama. Segera menunjuk menu yang anda pilih. Setelah itu biasanya pelayan mempersilakan anda mencicipi menu pembuka atau Appetizer. Jamuan formal terdiri dari beberapa menu Hidangan Pembuka Appetizer Hidangan Utama Main Course Hidangan Penutup Dessert Hidangan Pembuka Appetizer Sebelum hidangan pembuka disajikan biasanya diatas meja disediakan roti sebagai panganan, anda bisa makan roti ini dengan tangan. Hidangan pembuka biasanya juga terdiri dari dua macam, Hot Appetizer dan Cold Appetizer. Hot Appetizer biasanya Sup. Aduklah sup itu perlahan, jangan dipangku ditangan anda, biarkan tetap diatas meja. Jangan sekali-kali meniup sup. Gunakan sendok sup yang sudah disediakan, biasanya lebih kecil. Cold Appetizer bisa berupa salad, ambil garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan, sekali lagi pilihlah alat makan yang disediakan, biasanya lebih kecil dari alat makan hidangan utama. Janagn ragu-ragu mengelap mulut anda bila ada sisa makanan disana. Jangan mengelap dengan satu tangan. Hidangan Utama Main Course Bila hidangan utama sudah tiba, jangan salah kalau anda sedang diundang jamuan makan ala internasional, umumnya ada dua cara menyantap hidangan utama. Hidangan utama sering berupa daging, steik atau sea food. Bila menggunakan ala Amerika biasanya daging dipotong lebih dahulu baru disantap menggunakan sendok dengan tangan kanan. Cara Eropa lain lagi, biasanya langsung dipotong dengan pisau di tangan kanan lalau memakan dengan garpu di tangan kiri. Hidangan Penutup Dessert Puas menyantap hidangan utama, saatnya anda menikmati hidangan penutup. Hidangan penutup umumnya berupa makanan atau minuman dingin, seperti cocktail, ice cream atau jus. Jangan makan hidangan penutup langsung setelah anda menghabiskan makanan utama. Berilah waktu untuk perut anda. Setelah dirasa cukup dan hidangan penutup sudah siap, amkaan anda bisa menyantapnya. Bila hidangan pentup anda berupa minuman yang ada hiasan diatasnya. Makanlah hiasannya atau sisihakan terlebih dahulu. Baru minum isinya. Serbet Piring utama Mangkok sop dan tatakannya Piring roti dan mentega dengan pisau roti Gelas air Anggur putih Anggur merah Garpu ikan Garpu utama Garpu salad Pisau utama Pisau ikan Sendok sop Sendok makanan pencuci mulut dan garpu kue Perhatikan bahwa posisi garpu salad J disarankan untuk diletakkan disebelah kiri garpu utama I. Bagaimanapun juga untuk jamuan resmi garpu utama digunakan sebelum garpu salad, karena itu sebaiknya para tamu menunggu hidangan utamanya sebelum mengambil salad. Apa yang harus dilakukan Kapan memulai makan Tidak sesuai dengan nasehat orang tua, para pakar etiket malah menganjurkan untuk memulai makan tanpa harus selalu menunggu orang lain – mulailah makan saat makanan hangat disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga tuan rumah mempersilakan makan, dan tunggu pula hingga tamu utamanya mulai mengambil makanan. Makanan yang dapat dipegang dengan tangan Roti break slices of bread, rolls and muffins in half or into small pieces by hand before buttering. Daging jika potongan dagingnya tebal, makanlah dengan menggunakan pisau dan garpu. Jika garing, pecahkan dengan garpu dan makanlah dengan tangan. Makan dengan tangan Ikuti pedoman tuan rumah. Jika makanan tersebut disajikan dalam piring, ambil dan letakkan pada piring anda sebelum memakannya. Makanan yang biasanya langsung dimakan dengan tangan jagung pada ikan tongkol, tulang iga, lobster, kepiting dan tiram dengan cangkang terbuka, sayap ayam dan tulang untuk situasi tidak resmi, sandwiches, beberapa jenis buah tertentu, buah zaitun, seledri, roti dan kue kering. Membuang makanan yang terselip dari mulut Serpihan buah zaitun keluarkan dengan hati-hati ke telapak tangan sebelum membuangnya ke piring. Tulang ayam gunakan garpu untuk membuang ke piring. Duri ikan buanglah dengan jari. Bagian yang lebih besar tulang atau makanan yang tidak ingin anda makan keluarkan dengan hati-hati dan tersembunyi ke dalam serbet makan hingga tidak diketahui orang lain. Tata cara untuk minum MUG gelas agak besar tanpa kaki yang digunakan untuk minum kopi, teh atau minuman panas lainnya, biasanya digunakan pada acara tak resmi. Tatakan biasanya disertakan untuk meletakkan sendok kecil, bahkan kadang tidak disediakan sama sekali. Bila disertai tatakan/lepek, biasanya sendok diletakkan dengan posisi menghadap ke bawah atau di sisi piring mentega atau piring makan. Jangan lupa mengeluarkan sendok dari mug pada waktu akan minum. Letakkan teh celup yang sudah dicelupkan ke dalam cangkir yang berisi air panas pada piring alas/tatakan cangkir. Sebelum mereguk es teh manis, es kopi susu, atau jus, jangan lupa singkirkan sendok pengaduk yang berbentuk panjang. Letakkan di tatakan setelah selesai mengaduk minuman. Bila tak tersedia, jangan lupa memintanya. Bila kopi atau teh tumpah, tanyakan apakah bisa mengganti tatakan. Bila tidak memungkinkan, gunakan serbet atau tisu untuk membersihkannya. Hal ini untuk menghidari tumpahan yang lebih banyak atau mengenai baju Anda. Jika disuguhi minuman dengan gelas yang biasa digunakan untuk anggur merah, pegang kaki gelas. Untuk anggur putih, pegang badan gelas untuk menjaga kedinginan minuman tersebut. Bila di gelas minuman terdapat hiasan buah seperti stroberi, ceri, dan lainnya tapi Anda tidak ingin memakannya, boleh disingkirkan. Sebaiknya jangan meniup minuman yang panas untuk mendinginkannya. Agar cepat dingin, Anda bisa mengaduk minuman secara perlahan atau tunggu sampai panasnya berkurang. Berikut adalah pembahasan mengenai Table Maner Etika Makan. Kunjungi Website Resmi Telkom University untuk informasi lebih lanjut Referensi Author Garry Joseph – Aslab Perhotelan 2017

Berikutdelapan tip dari Bazaar mengenai table manner yang dapat diaplikasikan di Indonesia. 1. Hadir tepat waktu. Jika Anda diundang, maka datanglah 30 menit sebelum acara dimulai. Apabila Anda menjadi tuan rumah yang mengadakan jamuan makan, maka pastikanlah table setting sudah tertata rapi, jika di restoran, maka kenali waitress dan waiter

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 1C6RG7ajZUhcX_FXrggGIzllXPgywWTPFzidlZqmcq1sykDBheOpJg==
Adabeberapa prilaku makan di Jepang dianggap sopan justru tabu di Indonesia ataupun sebaliknya. Ada beberapa etika makan di Jepang perlu diperhatikan supaya kita tidak dianggap tidak sopan: Pada saat makan di restoran Jepang, biasanya di kasih handuk basah ketika memasuki ke restoran. Terkadang ada beberapa restoran yang hanya menyediakan tisu
- Table manner adalah etika makan yang umum diterapkan saat acara jamuan resmi atau makan formal. Meski memiliki istilah "table", etika ini tidak hanya berhubungan dengan meja makan Santoso, Executive Chef di APREZ Catering & AMUZ Gourmet Restaurant mengatakan, table manner merupakan prinsip umum yang berlangsung selama acara makan. "Mulai dari makan disajikan secara berurutan, dari appetizer hingga dessert, termasuk bagaimana cara kita menyantap makanan tersebut ditambah dengan kelengkapan dari table setting-nya," jelas Stefu saat dihubungi Jumat 26/11/2021. "Bagaimana cara kita duduk dan menaruh napkin serbetnantinya. Itu kan table manner," sambungnya. Ada sejumlah aturan table manner yang harus diterapkan agar jamuan resmi berjalan dengan lancar. Aturan tersebut meliputi cara makan hingga etika berbicara. Selengkapnya, simak aturan table manner berikut ini. Baca juga Table Manner di Indonesia Makin Fleksibel, Tak Lagi Atur Menu Lengkap 1. Pahami jenis restoran Table manner bisa diterapkan di mana saja, seperti restoran Indonesia, restoran Jepang, atau restoran Perancis. "Kalau kita masuk ke restoran Perancis, Italia, atau masuk ke restoran Jepang, paling tidak kita harus paham nih mau makan apa," kata Stefu. 2. Gunakan pakaian rapi dan sopan SHUTTERSTOCK/VGstockstudio ilustrasi tamu restoran fine dining yang berpakaian rapi. Pastikan untuk memakai pakaian rapi dan sopan saat akan menghadiri jamuan resmi untuk menghormati tamu lainnya serta aturan restoran. Baca juga 50 Restoran Terbaik di Asia 2021, Banyak di Singapura dan Thailand 3. Ketahui penggunaan alat makan PIXABAY/CONGER DESIGN Ilustrasi alat makan, sendok, garpu, dan pisau. Alat makan dalam table manner umumnya disesuaikan dengan menu yang disajikan. Sebelum menggunakan peralatan makan, ketahui terlebih dahulu fungsi dari setiap alat makan yang ada di meja."Makanya harus paham, jangan sampai nanti dia makan steak, dessert spoon-nya sendok makanan penutup dipakai," ujar Stefu. "Perlu memahami fungsional dari penggunaan masing-masing cuttleries alat makan sesuai dengan jenis makanan yang kita pesan," tambahnya. 4. Minta rekomendasi Silakan bertanya pada pelayan saat ingin tahu sesuatu. Misalnya, kamu membutuhkan rekomendasi wine, maka tanyalah ke bartender mengenai hal tersebut. "Kalau kita tidak paham, kita juga bisa meminta rekomendasi dengan menu yang kita order, jadi secara prinsip jangan malu bertanya kalau di restoran," tutur Stefu. Baca juga Resep Udang Balado ala Restoran, Kuncinya Pakai Daun Jeruk 5. Pahami topik pembicaraan International Director John Robert Powers Indayati Oetomo mengatakan, penting untuk memahami topik pembicaraan saat table manner berlangsung. "Perlu memahami topik-topik apa saja yang tidak boleh dilakukan di meja makan. Misalnya, tentang SARA, topik yang menurunkan selera makan, dan politik," ujar Indayati pada Rabu 1/12/2021. 6. Pakai serbet Jika makanan sudah disajikan dan akan langsung disantap, gunakan serbet terlebih dahulu. Serbet harus ditaruh di pangkuan, tepat di atas kedua paha saat duduk. Jika ingin menggunakan serbet, ambil dan bersihkan kotoran di sudut bibir. Mengutip The Spruce, silakan letakkan serbet kembali di atas meja jika sudah selesai menyantap hidangan. Baca juga Daftar 50 Restoran Terbaik di Dunia 2021, Peringkat Satu dari Denmark 7. Potong makanan menjadi satu atau dua bagian Jangan langsung menyantap makanan berukuran besar dalam sekali gigitan. Sebaiknya potong menjadi dua atau tiga bagian terlebih dahulu. 8. Jangan tiup makanan Hindari meniup makanan meskipun panas. Kamu bisa menunggunya beberapa menit hingga dingin dan bisa dimakan. Baca juga 7 Restoran Fine Dining di Jakarta, Harga Mulai Rp Meskikalah dari Vietnam, Timnas U-18 putri Indonesia menolak menyerah di AFF. 17 jam lalu. Raih banyak gelar, IGBA terbukti mampu lahirkan atlet badminton berprestasi. Ini etika makan di dalam kendaraan. Senin, 7 Juni 2021 11:28 WIB. Ilustrasi: Makan di dalam mobil (ANTARA/Driving Test) Jakarta (ANTARA) - Makan di dalam kendaraan memang Jakarta - Berbeda daerah, berbeda juga aturan yang berlaku. Seperti di tujuh negara ini yang ternyata punya etika makan yang unik dan sangat daerah memiliki berbagai peraturannya masing-masing tergantung dengan kepercayaan setempat yang dianut. Termasuk peraturan di atas meja makan atau dikenal dengan etika saat kegiatan dianggap tabu atau tidak sopan untuk dilakukan terutama saat berada di meja makan dan sedang menikmati makanan. Menjunjung kepercayaan dan tradisi yang berbeda-beda membuat beberapa negara juga memiliki peraturan atau etika makan yang berbeda-beda. Sebagian etika makan bahkan bisa saja dianggap lumrah oleh negara lainnya tetapi dianggap sebagai hal yang tidak sopan di negara tertentu. Jadi, pastikan untuk mengetahui etika suatu daerah sebelum berkunjung agar tidak dianggap tak sopan ataupun menyalahi aturan yang ini 7 negara dengan etika makan paling unik di dunia menurut Budget Travel7 Negara Ini Punya Etika Makan yang Unik dan Tak Biasa Foto Getty Images/webphotographeer1. ThailandMasih serumpun dalam wilayah Asia Tenggara tetapi etika makan yang berlaku di Thailand sangat berbeda dengan di Indonesia. Sebagai bagian dari benua Asia yang identik dengan sumpit, ternyata secara tradisional etika makan yang benar di Thailand adalah menggunakan sumpit dan Thailand bahkan ada peraturan keras yang melarang untuk menyuapkan makanan menggunakan garpu ke dalam mulut. Garpu hanya boleh digunakan untuk mendorong makanan ke atas sendok saja. Bahkan untuk makanan-makanan tertentu yang cenderung lengket, secara tradisional orang-orang Thailand akan mengonsumsinya langsung dengan JepangKental dengan mitos dan menjaga budaya dengan sangat baik membuat beberapa kegiatan tak bisa dilakukan dengan sembarangan di Jepang. Beberapa kesalahan bahkan dikaitkan dengan mengundang nasib buruk atau mampu mendatangkan hal buruk bagi satu yang dipercaya oleh masyarakat asli Jepang adalah larangan menancapkan sumpit tegak ke atas pada semangkuk nasi. Larangan ini memiliki kaitan dengan budaya pemakaman di Jepang di mana tepat di samping peti mati akan diletakkkan semangkuk nasi dengan sumpit yang menancap tegak ke atas. Maka disarankan untuk meletakkan sumpit yang sedang tidak di pakai baik di sebelah mangkok nasi ataupun diletakkan secara horizontal di atas juga Resto Salt Bae ke-28 Dibuka di Arab Saudi, Segini Harga Menunya EtikaMakan Table Manner ala Indonesia.. Etika table manner boleh dianggap sebagai norma sosial tersendiri karena menguasai Terminal sama saja dengan menguasai kemampuan bersosialisasi. Mempelajari etika di meja makan bukan sekadar mengetahui tata krama saat makan atau menggunakan alat makan. Dalam makan kita mengenal adanya Etika makan atau
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ETIKA MAKAN DI JEPANG VERSUS ETIKA MAKAN DI INDONESIA KARYA TULIS ILMIAH diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah “Ibunka Rikai” semester VII SHANNON LEONETTE HIMAWAN NPM. 180610170086 KELAS C UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JATINANGOR 2020 A. PENDAHULUAN Bangsa Jepang dipandang sebagai masyarakat homogen tan’itsu minzoku, dimana mereka membentuk sebuah bangsa yang secara ras sama tan’itsu minzoku kokka. Menurut KBBI, definisi homogen’ terbagi menjadi tiga, antara lain 1 dari tipe jenis, macam, sifat, watak, dan sebagainya yang sama; 2 serba sama; 3 utuh tidak terpecah-pecah. Dikutip dari sumber yang sama, define homogenitas’ antara lain 1 persamaan macam; 2 persamaan jenis; 3 keadaan atau sifat homogen; 4 kehomogenan. Mulai abad 18 hingga abad 20, penyebaran konsep homogenitas bangsa Jepang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka Jepang, dari para sarjana kokugakusha hingga Perdana Menteri Nakasone Yasuhiro 1982-1987. Mereka berpendapat bahwa Jepang–secara alamiah–merupakan masyarakat bersifat homogen, karena 1 bangsa Jepang yang tidak seperti Amerika Serikat–terbentuk atas dasar kontrak atau kesepakatan; 2 ras Yamato telah hidup di Jepang setidaknya 2000 tahun, tanpa ada suku bangsa lain; 3 letak geografis Jepang yang terpisahkan oleh laut dan berada di ujung timur benua Eurasia. Maka saat mengenal budaya asing, tentu mereka akan mengalami culture shock, karena budaya asing jelas berbeda dari budaya bangsa Jepang. Salah satunya adalah bangsa Indonesia dengan budayanya yang beranekaragam, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Memang di masing-masing negara ada persamaan dan perbedaan budaya. Akan tetapi, agar masyarakat Jepang bisa bergaul dengan masyarakat Indonesia–dan sebaliknya–mereka perlu memahami sekaligus mempelajari budaya-budaya yang ada. Masing-masing budaya di Jepang maupun Indonesia lahir dari berbagai sumber informasi budaya. Pertama adalah memories yang berdasarkan ingatan kolektif sebuah kelompok masyarakat akan suatu peristiwa. Kedua adalah metaphors yang berdasarkan kesadaran atau cara pandang yang sama dalam masyarakat. Ketiga adalah maxim yang berdasarkan prinsip berperilaku dan bertutur kata sesuai dengan kaidah masyarakat. Dan terakhir adalah myth yang berdasarkan kepercayaan atau asal muasal suatu kelompok masyarakat. Seperti budaya Jepang, Indonesia memiliki sejarah panjang yang masih membekas di pikiran masyarakatnya. Bangsa Indonesia juga mengakui mitos-mitos yang ada di masing-masing daerah, serta berbagai metafora yang dipegang teguh. Bagi mereka, jika melanggar salah satunya, akan menimbulkan keanehan atau keganjilan yang menyebabkan citra negatif dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil topik maxim sebagai sumber informasi budaya. Baik masyarakat Jepang maupun Indonesia, mereka sudah menjalankan budayanya masing-masing secara tidak sadar, karena budaya tersebut sudah mendarah daging. Jika melanggar salah satunya, maka akan menimbulkan keanehan atau keganjilan yang menyebabkan citra negatif di mata masyarakat. Penulis mengambil contoh etika saat makan, baik di Jepang maupun Indonesia. Walau etika antar kedua negara ini sangat jauh, tetapi masing-masing etika mengandung nilai-nilai yang mencerminkan karakteristik masing-masing bangsa dengan jelas. B. PEMBAHASAN Etika saat Makan Jepang Makanan di Jepang memiliki dua jenis, washoku dan yōshoku. Secara harafiah, washoku diartikan sebagai makanan Jepang. Washoku sendiri masuk dalam UNESCO Intangible Cultural Heritage List pada Desember 2013, dimana kunci utama dalam washoku adalah penggunaan bahan-bahan yang segar serta mengikuti keempat musim yang terjadi di Jepang–musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Washoku diciptakan untuk menghargai serta mengapresiasi keempat musim Jepang serta bahan-bahan yang siap dipanen pada musim tertentu. Selain penggunaan bahan-bahannya, washoku juga mengutamakan untuk mengeluarkan rasa asli dari bahan-bahan yang digunakan dalam makanan tersebut. Kunci lain yang tidak kalah penting dalam washoku adalah penggunaan dashi, yaitu kaldu yang terbuat dari bonito, daun kelp, atau ikan kering yang direbus. Kaldu ini mengeluarkan rasa umami yang akan mengikat rasa manis, asam, asin, dan pahit, sehingga membuat washoku kaya rasa. Dalam washoku, biasanya ada lima unsur makanan. Pertama adalah satu mangkuk nasi putih yang hangat. Kedua adalah satu mangkuk sup. Sup yang disajikan bisa sup bening dengan ikan/ayam, atau miso–menggunakan kacang kedelai yang difermentasi sebagai bahan utama. Sisanya adalah makanan pendamping, dimana makanan yang disajikan segar dan bervariasi sesuai musim pada saat itu. Di Jepang, praktik seiza biasanya dilakukan, termasuk saat makan. Seiza sendiri merupakan praktik duduk ala Jepang secara tradisional, dimana posisi duduknya diawali dengan berlutut dan duduk di atas kaki. Akan tetapi, sekarang sudah banyak rumah dan restoran yang menyediakan meja dan kursi untuk menjaga kenyamanan. Selain itu, di Jepang, jarang ditemukan peralatan makan berupa sendok, garpu, atau pisau makan, karena masyarakat Jepang biasanya menggunakan sumpit sebagai peralatan makannya. Secara tradisional, sumpit di Jepang terbuat dari bambu atau kayu dan sering dipernis. Akan tetapi, sejak 1878, Jepang memproduksi sumpit sekali pakai–pertama di dunia–dan hingga sekarang masih dipakai. Karena tidak semua orang mengerti cara menggunakan sumpit Jepang, berikut adalah demonstrasi singkat mengenai cara menggunakannya. Selain memahami cara penggunaannya, etika penggunaan sumpit juga harus dipahami oleh semua orang, antara lain • Hindari menunjuk orang lain atau makanan dengan sumpit • Hindari menggosok atau memainkan sumpit • Hindari menusuk makanan dengan sumpit • Hindari menarik mangkuk atau piring dengan sumpit • Hindari menyeruput sisa saus dari sumpit Tidak hanya itu, ada juga etika penggunaan sumpit yang harus semua orang ingat, yaitu tidak menancapkan sumpit pada mangkuk nasi secara vertikal, secara cara ini dilakukan oleh masyarakat Jepang sebagai salah satu Sumber The Book of Everything ritual untuk orang yang sudah meninggal. Dan, tidak mengoper makanan dari sumpit ke sumpit, karena cara ini mengingatkan masyarakat Jepang pada tradisi mengoper tulang yang sudah dikremasi dari sumpit ke sumpit. Pada sebagian besar restoran di Jepang, disediakan oshibori handuk basah, bisa panas/dingin yang digunakan untuk membersihkan kedua tangan sebelum makan. Jangan menggunakan oshibori untuk membersihkan wajah dan/atau leher. Setelah menggunakan oshibori, ucapkan frasa “itadakimasu” sebelum menyantap sebagai tanda syukur atas makanan yang telah diberikan. Jika makanannya harus langsung disantap sementara makanan lainnya belum tiba di meja makan, bisa mengucapkan frasa “osaki ni douzo” atau “osaki ni itadakimasu”. Saat makan dari mangkuk berukuran kecil, seperti nasi dan sup, sebaiknya mangkuk diangkat dan didekatkan ke mulut. Apabila makan dari mangkuk berukuran besar, seperti ramen, sebaiknya mangkuk diletakkan pada posisi semula, dan hanya makanannya saja yang diangkat dan didekatkan ke mulut. Selain itu, saat menyantap potongan makanan yang berukuran besar, seperti tempura dan korokke, sebaiknya belah makanan tersebut menjadi beberapa potong kecil–bisa dimakan dalam sekali suap–dengan sumpit. Atau, bisa juga digigit sedikit dan letakkan sisanya pada piring. Saat makan pun ada beberapa hal yang perlu diingat oleh semua orang, antara lain • Hindari menuangkan kecap asin secara langsung di atas makanan, terutama nasi • Habiskan makanan dan/atau saus yang telah disajikan–tanpa sisa ➔ Jika tidak suka atau tidak bisa makan, bisa memberitahu ke pelayan restoran atau tidak perlu memakannya sama sekali • Hindari menyantap hidangan secara langsung dari piring bersama • Hindari meniup hidung, bersendawa, dan batuk di meja makan • Hindari meletakkan siku di atas meja makan Menyeruput makanan di negara lain merupakan hal tabu. Akan tetapi, menyeruput makanan di Jepang bukanlah hal tabu. Bagi masyarakat Jepang, menyeruput makanan dipercaya bisa meningkatkan rasa makanan serta menunjukkan bahwa orang tersebut sangat menyukai makanannya. Sesudah makan, rapikan peralatan makan seperti semula. Sumpit diletakkan pada hashi-oki sandaran sumpit atau kertas sumpit yang sudah dilipat. Jika menggunakan sumpit sekali pakai, letakkan kembali ke kertas pembungkus sumpit dengan rapi dan lipat ujungnya. Sumpit yang diletakkan dekat mangkuk atau piring sendiri menandakan bahwa orang tersebut masih belum selesai makan. Selain itu, menutup kembali mangkuk dengan penutup. Setelahnya, ucapkan frasa “gochisousama deshita” sebagai ucapan terima kasih pada orang yang telah menyiapkan makanannya. Etika saat Makan Indonesia Berbeda dengan makanan Jepang, semua makanan Indonesia harus bersertifikat halal, mengingat mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Halal berarti sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi pemotongan hingga penyajian. Maka, sangat jarang ditemukan daging babi maupun alkohol yang terkandung dalam makanan di Indonesia. Itu merupakan salah satu hal yang perlu diingat oleh semua orang. Hal lainnya yang perlu diingat adalah tidak mengajak orang Muslim untuk makan saat bulan Ramadan. Bulan Ramadan sendiri merupakan bulan suci bagi orang Muslim untuk berpuasa. Peralatan makan di Indonesia sangat berbeda dengan Jepang. Kalau di Jepang menggunakan sumpit, di Indonesia menggunakan sendok dan garpu. Jika ingin memotong makanan, gunakan sendok dan garpu. Garpu digunakan sebagai penumpu, sedangkan sendok bagian sisi samping digunakan sebagai alat potong–layaknya pisau makan. Akan tetapi, sendok merupakan peralatan makan yang paling sering digunakan di Indonesia. Setelah makan, letakkan sendok dan garpu menghadap kebawah. Dan, sama seperti sumpit, sendok dan garpu tidak digunakan untuk bermain-main. Selain menggunakan sendok dan garpu, masyarakat Indonesia juga dikenal dengan muluk, yang dalam bahasa Jawa berarti penggunaan tangan untuk makan. Hal ini terbilang unik dan tidak dapat ditemukan di negara lain, termasuk Jepang. Jika ingin makan menggunakan tangan, dianjurkan untuk cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, sebelum dan sesudah makan. Atau, cara yang paling unik adalah dengan kobokan, mangkuk berisi air dan irisan limau yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan–bukan untuk diminum. Saat mengambil dan menyantap makanan, selalu gunakan tangan kanan. Di Indonesia, menggunakan tangan kiri merupakan hal yang sangat tabu, karena dianggap kotor dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Karena tidak semua orang mengerti cara menggunakan tangan untuk makan, berikut adalah demonstrasi singkat mengenai cara menggunakannya. 1. Ambil sedikit nasi dan gulungkan menjadi bola dengan jari-jari 2. Campurkan dengan sayur dan lauk pauk 3. Celupkan ke dalam saus opsional 4. Masukkan semuanya ke dalam mulut Selain menggunakan piring, daun pisang atau kertas minyak juga bisa digunakan sebagai substitusi untuk menyimpan makanan. Tidak semua rumah atau restoran menyediakan kursi dan meja makan, tetapi jika duduk di kursi, biasakan untuk tidak bersender, karena hal tersebut dianggap tidak sopan. Jika duduk di lantai, biasakan untuk duduk bersila atau jangan sampai telapak kaki terlihat saat makan, karena hal tersebut akan membuat orang lain tidak nyaman. Selain itu, hindari melipat tangan saat berada di meja makan. Hal lainnya yang perlu diingat adalah, membiasakan untuk mengutamakan orang tertua di meja makan untuk mengambil dan menyantap makanannya. Jika orang tersebut sudah mengucapkan frasa “silakan”, yang lainnya boleh langsung mengambil dan menyantap makanannya. Jangan pernah mendahulukan untuk mengambil dan menyantap makanan sebelum orang tertua. Saat makan, hindari membuat suara dan makan dengan mulut tertutup sebagai tanda menghormati orang lain. Jika ingin berbicara, biasakan untuk menguyah makanan terlebih dahulu hingga habis dan berbicara dengan suara kecil saja. Selain itu, hindari mengambil serta meminta makanan dari piring orang lain. Semua hal harus dilakukan secara mandiri. Jika di tengah-tengah menikmati makanan ada panggilan telepon, minta izin terlebih dahulu ke orang tertua untuk menerima panggilan dan pergi keluar dari meja makan. Dan, usahakan untuk menutup mulut saat batuk dan/atau bersin, agar orang lain tidak merasa terganggu. C. KESIMPULAN Secara garis besar, etika saat makan di Jepang dan Indonesia memiliki kemiripan. Tidak semua restoran dan/atau rumah memiliki kursi dan meja makan, sehingga mengharuskan duduk di lantai. Kalau di Jepang harus melakukan seiza, di Indonesia harus duduk bersila atau jangan sampai memperlihatkan telapak kaki kepada orang lain. Sebelum menyantap hidangan juga diharuskan untuk mencuci tangan. Di Jepang, mencuci tangan dilakukan dengan oshibori, sementara di Indonesia, mencuci tangan bisa dilakukan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir atau kobokan. Walau peralatan makan di Jepang menggunakan sumpit, dan di Indonesia menggunakan sendok dan garpu, hindari bermain-main dengan peralatan makan karena hal tersebut bisa mengganggu kenyamanan orang dan dianggap tidak sopan. Setelah menggunakan peralatan makan, di Jepang, sumpit diletakkan di hashi-oki atau kertas pembungkus sumpit yang sudah dilipat–agar menyerupai hashi-oki. Sumpit yang diletakkan di sebelah mangkuk atau piring akan dianggap belum selesai makan. Sementara di Indonesia, sendok dan garpu diletakkan di piring dengan posisi menghadap kebawah. Sendok dan garpu yang diletakkan dengan posisi menghadap keatas juga akan dianggap belum selesai makan. Selain itu, jika ingin memotong makanan berukuran besar, di Jepang, tinggal menggunakan sumpit. Atau, menggigit sedikit dan meletakkan sisanya di piring pribadi. Di Indonesia, tinggal menggunakan sendok dan garpu. Garpu digunakan sebagai titik tumpuan, dan sendok bagian sisi samping digunakan sebagai “pisau makan” untuk memotong. Juga, tidak boleh makan secara langsung dari piring bersama, sehingga dihimbau untuk mengambil beberapa dan meletakkannya di piring pribadi. Saat berada di meja makan, hindari melipat tangan atau meletakkan siku di atas meja makan. Juga, tidak meniup hidung, bersin, batuk, dan/atau bersendawa di meja makan. Meski memiliki kemiripan, ada banyak perbedaan etika saat makan di Jepang dan Indonesia. Di Jepang, ada frasa “itadakimasu” yang diucapkan sebelum makan dan “gochisousama deshita” yang diucapkan setelah makan. Sementara di Indonesia, kedua frasa tersebut tidak ada dan biasanya mengucapkan doa sebelum makan. Selain itu, di Indonesia bisa menyantap makanan dengan tangan. Sementara, di Jepang tidak ada. Di Jepang, jika makanan yang disajikan harus disantap langsung, bisa mengucapkan frasa “osaki ni douzo”. Sementara di Indonesia, mau tidak mau, harus menunggu orang tertua di meja makan untuk mengambil dan menyantap makanannya, baru bisa diikuti oleh yang lain. Kalau di Jepang, boleh membuat suara menyeruput saat makan, di Indonesia tidak boleh membuat suara sama sekali saat makan. Dan uniknya, di Indonesia memiliki substitusi piring, antara lain lembaran daun pisang atau kertas minyak. Sementara di Jepang tidak ada. D. DAFTAR PUSTAKA Bahasa, Pusat. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. Barton, David Watts. 2016, Juli 26. How to Conquer Seiza, the Foreigner’s Nightmare. Diakses 29 Oktober 2020. Denoon, Donald & Mark Hudson. 2001. Multicultural Japan Palaeolithic to Postmodern. New York Cambridge University Press. Hariyadi, Edy. 2012. Homogenitas versus Multikulturalisme Perdebatan Penerimaan Pekerja Asing di Jepang. Jember Universitas Jember. Indoindians. 2017, Agustus 24. Indonesian Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. 2020, Februari 23. Japanese Table Manners. Diakses 26 Oktober 2020. John. 2013, September 2. Unearthing the Mysteries of Japanese Chopsticks. Diakses 28 Oktober 2020. Rodgers, Greg. 2019, April 28. Japanese Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. scholar, etiquette. Indonesia Dining Etiquette. Diakses 26 Oktober 2020. Setiya, Tri. Dining Etiquette in Indonesia – Habits. Diakses 26 Oktober 2020. Team, FUN! JAPAN. 2018, April 27. Etiket Penggunaan Sumpit di Jepang. Diakses 28 Oktober 2020. Travel, Japan. Japanese Food Etiquette Guide. Diakses 26 Oktober 2020. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Edy HariyadiThis article describes the rivalry of homogenity and multiculturalism conceptions in the debate on acceptance of foreign workers, including from Muslim world, in Japan. National debate in Japan spawned two opposing groups, sakoku group who reject foreign workers and kaikoku group who receive foreign workers. On behalf of the control and power, Japan's political ellites disseminate a conception that Japanese people are a homogenous or monoculture society. Today, the homogenity conception is faced with multiculturalism conception that is spreaded out in Japanese society in order to help Japanese society in understanding for accepting foreign workers which has increasingly needed by Japan industry. Various industrial sectors in Japan needs many foreign workers to be employed in low-wage work sectors that are called 3Ks, kitanai dirty, kiken dangerous, and kitsui hard. While Japanese society is still widely in monoculturalism conception, to facilitate community in accepting foreign workers with various cultures and religions, they need a new conception, multiculturalism. Abstrak Artikel ini menjabarkan pertentangan antara konsepsi homogenitas dan multikulturalisme dalam konteks perdebatan penerimaan pekerja asing, terutama yang berasal dari Dunia Islam di Asia dan Afrika, di Jepang. Perdebatan secara nasional di Jepang melahirkan dua kelompok yang berseberangan yaitu kelompok sakoku yang menolak pekerja asing dan kaikoku yang menerima pekerja asing. Demi kontrol dan kekuasaan, para pemimpin Jepang menyebarluaskan konsepsi bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang homogen atau monokultur. Namun, dewasa ini konsepsi homogenitas dihadapkan dengan konsepsi multikulturalisme yang disebarluaskan dalam masyarakat Jepang dengan tujuan untuk membantu kesepahaman masyarakat dalam penerimaan pekerja asing dengan beragam kultur, termasuk para pekerja dari negara-negara di Dunia Islam. Sektor industri di Jepang membutuhkan pekerja asing dengan gaji rendah untukKamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan NasionalPusat BahasaBahasa, Pusat. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan to Conquer Seiza, the Foreigner'sDavid BartonWattsBarton, David Watts. 2016, Juli 26. How to Conquer Seiza, the Foreigner's
zuitiq.
  • z98en0u3dn.pages.dev/955
  • z98en0u3dn.pages.dev/458
  • z98en0u3dn.pages.dev/652
  • z98en0u3dn.pages.dev/617
  • z98en0u3dn.pages.dev/433
  • z98en0u3dn.pages.dev/624
  • z98en0u3dn.pages.dev/97
  • z98en0u3dn.pages.dev/234
  • etika makan di indonesia